Sebagaimana dimaklumi bahwa, ketika Allah memanggil pulang baginda Rasulullah SAW, agama Islam sudah sempurna adanya.
Tugas para sahabat, tabi’ & tabi’in sampai ke ulama komtemporer sekarang menuruskan dakwah Rasulullah SAW.
Bagi pribadi saya, urusan aqidah/tauhid telah terjadi polimik yang sangat luas dan panjang melebihi panjang sungai Nil. Namun benang kusut, jalan yang penuh dengan onak dan duri itu sudah dibersihkan oleh tiga orang ulama besar; Abu Hasan Asy’ary, Abu Mansur Al Maturidy dan Ahmad bin Hambal.
Tugas kita hanya berjalan di jalan mulus itu, dengan syarat mematuhi rambu-rambu yang sudah ditentukan agar selamat sampai tujuan.
Masalah Fiqh juga telah sampai ke maqam paripurna karena berkat kerja keras para Mujtahid Mutlak/mustaqil serta karunia Allah SWT, mereka diberikan kemampuan yang luar biasa sehingga mampu merangkum semua masalah yang samar atau sudah terjadi bias disana-sini sehingga menjadi empat pijakan (Mazhab), pedoman dan panduan ummat yang mayoritas tidak mampu sampai ke maqam istimewa itu.
Kendatipun ada beberapa masalah muamalah kontemporer mesti dilakukan ijtihad namun landasan hukum tetap mengacu pada kaedah dasar yang sudah meraka cetuskan.
So, Untuk menjaga aqidah dan amalan mestinya dipagari dari “HAMA” sifat Mazmumah. Dirawat, disiram dan diberi pupuk dengan sifat mahmudah agar berbuah hasil sampai pada panen yang GEMILANG yakni meraih ke-RIDHA-an Allah Yang Maha Agung.
Abaikan jika ada sekte yang anti Tashawuf karena terbukti mereka juga mengajarkan apa yang diajarkan dalam fak Tashawuf. Namun mereka lebih senang menyebut “tazkiyatun Nafs”.
Wahai saudaraku seiman!!!
BERSIKAP bijaklah jika ternyata kita hanya beda nama atau istilah namun hakikat isinya sama.
BERSIKAP bijaklah jika ternyata kita hanya beda nama atau istilah namun hakikat isinya sama.
Boros saya, Inilah maksud Hadih Madja( Kata Bijak) ” Ilmu Tauhid Tamsee Tanoh, Fiqh Sinaman & Tasawoh ibarat pageu.
Dari itulah, kerja ummat paska para imam mujtahid adalah beramal sebanyak-banyaknya dan seikhlas mungkin. Jangan sampai Energi kita tergerus oleh hal-hal khilafiyah furuiyyah.
Dari hati yang paling dalam saya tidak keberatan apa yang dipahami dan diyakini oleh ulama An-nejd toh itu urusan mereka dengan Allah kelak namun saya paling tidak setuju dan miris melihat cara dakwah mereka yang terlalu memaksa kehendak membumikan apa yang mereka yakini.
Cara dakwah memaksa kehendak itulah kesalahan terbesar mereka, karena jadi bumerang dan berbenturan dengan slogan serta filosofi sendiri “Gerakan pemurnian Tauhid ala fahmi salaf”.
Para Salaf Salih tidak demikian adanya berdakwah. Mereka sangat bijak menyikapi perbedaan pendapat.
Para Salaf Salih tidak demikian adanya berdakwah. Mereka sangat bijak menyikapi perbedaan pendapat.
Sejarah membuktikan, Imam Syafi’i belajar ke Imam Malik, Belajar ke Imam Hasan (Murid Abi Hanifah) dan Imam Ahmad bin Hambal berguru ke imam Syafi’i.
Disarikan dari Mata Pelajaran Aqidah, Fiqh dan Tashawuf yang saya ajarkan di Dayah Darul Ihsan Abu Hasan Krueng Kalee.
Semoga bermanfaat lii walakum ajma’in.
=================================================================
SIEM-DARUSSALAM, 22 Muharram 1438/ 24 Oktober 2016
=================================================================
Mustafa Husen Woyla
=================================================================
SIEM-DARUSSALAM, 22 Muharram 1438/ 24 Oktober 2016
=================================================================
Mustafa Husen Woyla
Admin Web