Perjalanan Ayahanda Waisul dalam Meraih Ilmu dan Pengalaman Tanpa Gaji

Sosok Ayahanda Waisul Qarani Aly as – Su’udi

Ayahanda Waisul Qarani Aly as – Su’udi lahir dalam keluarga sederhana di Jakarta, Indonesia. Meskipun diperlakukan keras oleh keadaan, ia memilih untuk tidak menyerah pada ketidakpastian hidup. Kisahnya dimulai ketika ia menghadapi kegagalan dalam program kuliah di Jakarta pada tahun tertentu.

Tanpa putus asa, Ayahanda Waisul memutuskan untuk bergabung dengan PT Embun Emas International Incopreter (PT EMII), perusahaan kontraktor dan suplayer di Pertamina yang dimiliki oleh abang iparnya, M. Jamil. Meskipun hanya sebagai karyawan biasa dan tanpa mendapatkan gaji selama setahun, Ayahanda Waisul tetap bertahan. Baginya, pengalaman dan pengetahuan yang didapat jauh lebih berharga dari sekadar uang.

Di PT EMII, Ayahanda Waisul meresapi dunia usaha dagang. Meskipun tanpa gaji, ia memperoleh banyak ilmu yang kelak akan sangat berharga dalam merintis usaha dagangnya sendiri di Lhokseumawe. Pengalaman ini membuka jendela baru baginya, mengenalkannya pada berbagai perusahaan besar seperti PT Arun, Mobil Oil, PIM, Asean, KKA, dan BUMN lainnya.

Namun, Ayahanda Waisul tidak berhenti di situ. Meskipun gagal dalam kuliahnya di Jakarta, ia tidak menyerah pada impian untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. Akhirnya, ia diterima di Kampus Universitas Islam Jakarta (UIJ). Sambil bekerja, Ayahanda Waisul memulai perjalanan kuliahnya dari tahun 1976 hingga 1978.

Sambil meniti pendidikan tinggi, Ayahanda Waisul juga bekerja di PT Gatari Air Bersih, perusahaan penerbangan yang beroperasi di wilayah Timur seperti Kalimantan. Selama dua tahun, ia menjalani kehidupan yang padat dengan bekerja sambil kuliah. Tantangan demi tantangan datang, namun Ayahanda Waisul tidak menyerah.

Tahun 1979 menjadi tahun yang berarti bagi Ayahanda Waisul, ketika ia memulai perjalanan baru dengan berkeluarga. Namun, kehidupan tidak selalu berjalan mulus. Di akhir-akhir perkuliahan, ia dihadapkan pada tantangan berat seperti sakitnya istri dan berbagai kesulitan lainnya.

Meskipun perjalanan hidupnya penuh dengan rintangan, Ayahanda Waisul tidak pernah menyerah pada impian dan ambisinya. Setiap pengalaman, baik suka maupun duka, telah membentuknya menjadi individu yang tangguh dan berpengetahuan luas. Kisah hidupnya mengajarkan kita tentang kegigihan, ketabahan, dan pentingnya belajar dari setiap pengalaman, bahkan saat kita tidak mendapatkan imbalan langsung. [MHW-TZ]