Santri Darul Ihsan Khidmat Ikuti Kajian Isra wal Mi’raj Bersama Ayah Faisal dan Abu Muaz (1)

Jantho – Maknai hari besar islam, Dayah Darul Ihsan Abu Hasan Krueng Kalee Peringati Isra wal Mi’raj Nabi Muhammmad SAW pada Jumat, 27 Rajab 1444 H atau bertepatan dengan 7 Februari 2023 di Mesjid Dayah, Gampong Siem, Darussalam, Aceh Besar.

Adapun pemateri yang mengisi kajian salah satu peristiwa besar dalam islam tersebut adalah Ayah H Muhammad Faisal, Pimpinan Dayah Darul Ihsan dan juga anggota MPU Aceh, Syaikh Abu Muaz Muhammad Abdul Hay Al-Uwenah Al-Mishri, da’i dan penulis asal mesir dan Abi Dr H Muakhir Zakaria, MA sebagai penterjemah.

Ayah Faisal Krueng Kalee, begitu akrab sapaannya menyampaikan di antaranya, sebagai berikut;

Bicara tentang Isra Mi’raj sebenarnya kita membicarakan sesuatu yang dalam ungkapan bahasa Arab “bahrun la sahila lahu atau lautan yang tak bertepi” karena kita bincangkan tentang keajaiban, semakin kita kaji, maka semakin luas pula ya kita dapat hikmahnya.

Awal ayat surah Al-Isra’ ayat 1 dimulai dengan kata “subhanallah” bermakna mentanzihkan atau mensucikan Allah, begitu juga ketika malaikat mengucapkan “Subhanaka la ‘ilma lana illa ma ‘allamtana innaka antal-‘Alimul Hakim.”

“Kita diajarkan mengucapkan “subhanallah” ketika melihat dan mendengar sesuatu yang ta’jub.” Perkuat oleh Pimpinan Darul Ihsan dan juga Dosen UIN Arraniry.

Allah Yang Maha Besar, menyebutkan kata “Abdu” dalam menceritakan peristiwa isra wal mi’raj, sementara di ayat lain, Allah biasa menyebut dengan rasul atau nabi. Ini menandakan ada perbedaan.

Para ulama menjelaskan, menjadi abdu hakiki pada maqam ubudiah adalah maqam tertinggi yang diinginkan oleh para nabi dan rasul. Bukan jadi hamba sebagaimana dimaksud dalam hadist sahih bukhari;

“Celakalah hamba dinar, hamba dirham, hamba Qathifah (pakaian yang tebal), serta hamba Khamishah (Baju sutra dari wol)”

Jika demikian adanya, itu belum tajarrud (murni) menjadi hamba Allah tapi masih hamba makhluk.

“Itulah bedanya abdun maqam umat dengan abdun maqam para nabi dan rasul, mereka sudah lepas “penghambaan” kepada selain Allah, mereka meletakkan dunia di belakangnya.” Demikian rinci Ayah Faisal.

Disisi lain, kenapa Allah pilih kata abdun, tidak menggunakan kata rasul atau nabi,

Para ulama juga menjelaskan bahwa, rasul dan nabi itu utusan Allah kepada umat manusia. Adapun abdun, ini dari hamba menuju Allah, cocok dengan perjalan mi’raj naik dari hamba menuju tuhan Allah azza wajalla.

Untuk memahami Isra wal mi’raj, kita harus masuk ke demensi lain, jangan pernah berkeyakinan bahwa Allah menunggu di sidratul muntaha / sidrah al muntaha sana. Dan bukan melihat dengan mata lahir (bashar) tapi dengan  mata batin (bashirah) karena jika langsung akan kejadian seperti nabi Musa alaihi salam.

Lalu Ayah Faisal mengutip ayat dengan artinya;

“Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman “. (QS al A’raaf : 143)

Allah beri perintah shalat di Sidarul Muntaha mengambarkan betapa istimewanya shalat. Dan juga menjelaskan betapa istimimewanya nabi Muhammad SAW sebagai makluk/rasul/nabi satu-satunya yang diundang khusus dan istimewa dan hanya sekali, tidak ada sebelumya dan sesudahnya.

Santri Darul Ihsan Khidmat Ikuti Kajian Isra wal Mi’raj Bersama Ayah Faisal dan Abu Muaz
Santri Darul Ihsan Khidmat Ikuti Kajian Isra wal Mi’raj Bersama Ayah Faisal dan Abu Muaz 

Lalu,  jika nabi ada mi’raj, bagaimana dengan umatnya?

Ayah Krueng Kalee menjelaskan, adapun mi’raj para hamba-Nya, ada pada hadiah dari Allah kepada hamba-Nya yaitu melalui shalat.

Iya, shalat di mesjid dan melalui shalat sehari lima waktu. Karena isra’ terjadi antar masjid ke masjid, semestinya mi’raj hamba juga di masjid.

“Jika diamati, Isra Mi’raj itu berupa hadiah dari Allah untuk Rasulullah SAW setelah melewati berbagai ujian, diantaranya, wafat istri Khadijah binti Khuwailid, Wafat Abu Thalib paman yang selalu mendukung dakwah dan menjaganya dari gangguan orang-orang Quraisy dan ditambah lagi perlawan semakin meningkat sampai  di Thaif  mendapat tentangan keras bahkan Rasulullah SAW dilempari batu oleh penduduk Thaif hingga jubahnya berlumuran darah.” Kisah Ayah Faisal.

Di tahun tahun duka atau amul huzni inilah diundang secara istimewa untuk isra’ wal mi’raj.

Hal ini terlihat diujung surah an-Nahl sebelum surah al Isra.

“Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” ( 27 -28 an Nahl).” Tutup Ayah Faisal (bersambung Isi materi Abu Muaz …) [MHW]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *