Aktualisasi Kurikulum Dayah di Aceh (Grand Desain Membangun Pondasi Pendidikan Berkelanjutan)

Aktualisasi Kurikulum Dayah di Aceh

(Grand Desain Membangun Pondasi Pendidikan Berkelanjutan)

Oleh Tgk Mustafa Husen Woyla*

 

Dayah, sebagai lembaga pendidikan khas Indonesia, telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam mencetak jutaan alumni dan tokoh-tokoh hebat, baik di dalam maupun di luar negeri. Di antaranya KH Abdurrahman Wahid sebagai Presiden ke 4 RI  dan KH Makruf Amin, Wakil Presiden sekarang. Namun, dalam menghadapi dinamika zaman, perlu adanya revitalisasi dalam kurikulum Dayah untuk memastikan relevansi dan kualitas pendidikan yang tetap terjaga.

 

Meningkatkan Kualitas Metode Pengajaran; Salah satu aspek penting dalam aktualisasi kurikulum Dayah adalah diversifikasi metode pengajaran. Saat ini, masih banyak dayah di Aceh yang mengandalkan satu guru untuk mengampu seluruh mata pelajaran, mulai dari kelas ula, Wushtha hingga kelas ulya. Padahal, setiap guru memiliki keahlian dan bakat yang berbeda-beda dalam fan ilmu tertentu. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan pembagian jam ajar berdasarkan keahlian guru. Misalnya, mengalokasikan guru yang ahli dalam fikih untuk mengajar fikih, guru yang ahli dalam balaghah untuk mengajar balaghah, guru ahli tasawuf mengajar bidang tasawuf dan seterusnya. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas pengajaran, tetapi juga memberikan kesempatan bagi santri untuk mendalami materi secara lebih mendalam. Selama ini terkesan ada guru, tidak bisa pelajaran yang diampu, terpaksa mengajar juga karena sudah diwajibkan, kebanyakan pada pelajaran tarikh, musthalahah hadist dan tafsir.

 

Perluasan Pilihan Jurusan dan Mata Pelajaran; Selain itu, perluasan pilihan jurusan dan mata pelajaran juga sangat diperlukan. Saat ini, banyak dayah masih terfokus pada satu jurusan, yaitu jurusan fikih, mungkin seperti Fakultas Syariah wa Qanun, tanpa menyediakan pilihan yang cukup luas bagi santri yang memiliki minat dan bakat berbeda. Dengan memperkenalkan jurusan-jurusan seperti Tafsir, Hadis, Aqidah, Dakwah, Bahasa Arab, serta mata pelajaran lainnya yang relevan, dayah dapat memberikan kesempatan yang lebih besar bagi santri untuk mengembangkan potensi mereka sesuai dengan minat dan bakat masing-masing.

 

Implementasi Amaliyah Tadris; Penggunaan metode pengajaran seperti Amaliyah Tadris juga dapat meningkatkan kualitas pengajaran di dayah. Melalui praktik pengajaran ini, para guru dapat memperbaiki teknik pengajaran mereka, serta meningkatkan interaksi dan pemahaman antara guru dan santri. Amaliyah Tadris sebaiknya diterapkan sejak dini, misalnya di kelas tujuh atau delapan, untuk memastikan bahwa setiap guru memiliki keterampilan yang cukup dalam mengajar dan mempersiapkan santri untuk menghadapi tantangan akademik yang lebih tinggi.

 

Evaluasi Berkelanjutan dan Pengembangan Kompetensi Guru; Langkah-langkah ini harus didukung dengan evaluasi berkelanjutan terhadap kurikulum dan metode pengajaran yang diterapkan. Melalui evaluasi ini, dayah dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari setiap pendekatan yang mereka gunakan, serta melakukan perbaikan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Selain itu, pengembangan kompetensi guru juga harus menjadi prioritas utama. Pelatihan terus-menerus dan peningkatan kualifikasi guru akan membantu mereka untuk tetap relevan dalam menghadapi perubahan zaman dan tuntutan pendidikan yang semakin kompleks.

 

Manfaat dari Pengalokasian Waktu dan Penetapan Guru Ajar yang Sesuai Keahlian; Pengalokasian waktu jam belajar dan penetapan guru ajar berdasarkan keahlian adalah langkah yang strategis dalam memaksimalkan penggunaan sumber daya pendidikan. Ketika santri diajarkan oleh guru yang ahli dalam bidangnya, mereka dapat menggali lebih dalam dan memahami konsep-konsep yang kompleks dengan lebih baik. Ini juga memberikan kesempatan bagi dayah untuk menambah jumlah guru yang memiliki spesialisasi yang lebih beragam, sehingga memperkaya pengalaman belajar santri dalam berbagai aspek keilmuan. Dan nantinya mereka akan menjadi alumni yang mendapat ilmu mendalam dari para ahlinya, bukan dari gure, yang krabe-krabe surah. (bukan dari dari guru yang asal-asalan penjelasannya).

 

Pentingnya Menggabungkan Tradisi dengan Inovasi dalam Kurikulum Dayah

Dayah sebagai lembaga pendidikan khas Indonesia telah memainkan peran yang penting dalam membentuk karakter dan keilmuan para santri. Namun, dalam menghadapi tantangan zaman yang terus berkembang, perlunya sebuah revolusi dalam kurikulum menjadi hal yang mendesak. Sebuah adagium klasik dalam dunia pesantren mengatakan:

Al-muhāfaẓatu ʿalā al-qadīmi al-ṣāliḥi wa-l-aḫḏu bi-l-ǧadīdi al-aṣlaḥ

Artinya, menjaga hal-hal lama yang baik dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik. Hal ini tidak hanya relevan dalam konteks keilmuan dan budaya pesantren, tetapi juga menggambarkan semangat untuk terus berinovasi dalam pendidikan.

 

Kenyataannya, masih banyak dayah di Aceh yang mengandalkan satu guru untuk mengajar berbagai mata pelajaran. Meskipun ini dapat berfungsi dengan baik dalam beberapa kasus, namun dapat menimbulkan beberapa tantangan. Salah satu tantangannya adalah kemampuan guru untuk memberikan pemahaman yang mendalam dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan. Tidak jarang kita temui bahwa seorang guru, sebelum mengajar, harus terlebih dahulu mempersiapkan materi karena kurangnya pemahaman mendalam.

Seperti Pepatah Arab ini sangat relevan dalam konteks ini, Fāqid al-shayʾ lā yuʿṭī (orang yang tidak memiliki sesuatu, tidak dapat memberikannya), artinya, Jika tidak memiliki pengetahuan yang cukup dalam suatu bidang, tidak akan mampu memberikan yang terbaik kepada murid-muridnya. Untuk mengatasi tantangan ini, pendekatan baru perlu diperkenalkan dalam kurikulum Dayah di Aceh.

 

Implementasi I’dadu Tadris dan Amaliyah Tadris; Pendekatan yang dapat diterapkan adalah I’dadu Tadris dan Amaliyah Tadris. I’dadu Tadris mengacu pada persiapan dan pengembangan guru pemula sebelum mereka benar-benar mengajar di kelas. Hal ini mencakup pelatihan intensif dalam materi yang akan diajarkan, serta pengembangan wawasan guru terkait metodologi pengajaran yang efektif. Amaliyah Tadris, di sisi lain, adalah tentang praktik langsung dalam mengajar di kelas. Dengan adanya pendekatan ini, diharapkan guru-guru baru dapat lebih siap dalam menghadapi tantangan pengajaran dan dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih bermutu bagi santri.

 

Evaluasi dan Pengembangan Berkelanjutan; Tidak hanya sekadar mempersiapkan guru-guru baru, evaluasi berkelanjutan terhadap pengajaran dan kurikulum juga penting dilakukan. Evaluasi ini tidak hanya untuk menilai pencapaian akademik santri, tetapi juga untuk mengevaluasi efektivitas metode pengajaran yang diterapkan. Dengan memantau hasil evaluasi secara rutin, dayah dapat menyesuaikan strategi pengajaran mereka sesuai dengan kebutuhan yang berkembang dari waktu ke waktu.

 

Manfaat dari Pengalokasian Waktu dan Penetapan Guru Ajar yang Sesuai Keahlian; Pengalokasian waktu jam belajar dan penetapan guru ajar berdasarkan keahlian adalah langkah yang strategis dalam memaksimalkan penggunaan sumber daya pendidikan. Ketika santri diajarkan oleh guru yang ahli dalam bidangnya, mereka dapat menggali lebih dalam dan memahami konsep-konsep yang kompleks dengan lebih baik. Ini juga memberikan kesempatan bagi dayah untuk menambah jumlah guru yang memiliki spesialisasi yang lebih beragam, sehingga memperkaya pengalaman belajar santri dalam berbagai aspek keilmuan. Ini akan berhasil pada semua pelajaran yang diajarkan, insya Allah. Adapun jika ada alumni dayah yang berhasil diluar target pembelajaran kurikulum, itu keahlian pribadi santri, bukan dari tujuan dari capaian kurikulum, misal santri berhasil buat pesawat atau alat pertanian. Atau aplikasi android, itu sesuatu yang lain. Bukan bagian dari pengajaran. Ini penting, jangan salah klaim.

 

Simpul kata, dengan menerapkan prinsip “menjaga hal-hal lama yang baik dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik”, kurikulum Dayah di Aceh dapat terus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman yang semakin kompleks. Aktualisasi kurikulum bukan hanya tentang mengubah isi materi pelajaran, tetapi juga mengenai porsi waktu dalam mengampu pelajaran serta memperbarui pendekatan pengajaran, meningkatkan kualitas guru, dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya pendidikan secara efektif. Dengan demikian, dayah tidak hanya akan tetap relevan, tetapi juga akan terus berperan sebagai lembaga pendidikan yang mampu mencetak generasi muslim yang cerdas, berintegritas, dan siap menghadapi tantangan global, bukan ilmuan kiree (setengah matang). [risalahbuyawoyla@gmail.com]

*Penulis adalah Ketua Umum ISAD, Wakil Pimpinan Dayah Darul Ihsan Abu Krueng Kalee, Pengamat Bumoe Singet dan Tim Formatur Kurikulum Dayah Aceh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *